Senin, 06 Juli 2015

Surat Dari Pendukung Jokowi: Bapak Presiden, Mohon Berhenti Sengsarakan Rakyat!

Surat Dari Pendukung Jokowi: Bapak Presiden, Mohon Berhenti Sengsarakan Rakyat! 

*oleh ibu Yanti Trisno (Surni Yanti)
General Manager (GM) at The Grand Zuri Hotel, Padang - West Sumatera
Studied Business Administration at Univ of IOWA - USA

[Surat Terbuka ini ditulis yang bersangkutan di laman facebooknya pada 3 Juli 2015]

Bapak Presiden yang terhormat,

Mohon sampaikan kepada semua pembantu Bapak agar berhenti menyengsarakan rakyat!

Saya pendukung bapak di Pilpres (walaupun tidak ikut nyoblos), dan sampai 'saat awal menulis ini' masih mendukung Bapak..... Tapi... saya tidak tau sampai kapan bisa bertahan!

Sejauh ini saya mencoba ber 'positive thinking' dan berusaha memahami semua kebijakan Bapak dan para mentri walaupun sebenarnya banyak yang saya tidak paham namun memaksakan diri untuk paham dan maklum.

Cukuplah pak... mohon cukupkanlah kesengsaraan rakyat!

Saya tidak sanggup lagi melihat karyawan di tempat saya bekerja harus berobat menggunakan BPJS yang fasilitasnya sangat sangat sangat tidak manusiawi. Karyawan melahirkan jam 2 siang, jam 5 sore sudah disuruh pulang. Karyawan yg kakinya sudah membengkak karena infeksi, harus menunggu seminggu baru bisa dioperasi. Info dari dokter yg mengoperasi, telat 1 hari lagi saja karyawan saya akan kehilangan kaki (nauzubillah..)

Belum lagi berobat jalan yang harus mengantri bahkan sampai berhari2 dan tidak bisa masuk kerja karena harus urus ini itu untuk urusan BPJS yang ribetnya nauzubillah.

Pak Presiden yang terhormat,

Dulu kami baik baik saja... Kami menggunakan jaminan asuransi kesehatan dengan jumlah biaya yang hampir sama dengan yang kami bayar ke BPJS. Karyawan kami bisa berobat dengan sangat manusiawi, melahirkan dengan tenang, bisa menggunakan kelas 1 bahkan VIP.

Sekarang kami dipaksa menggunakan BPJS dengan biaya yang hampir sama, namun pelayanan jauh dari kata standar. Gaji kami dipotong, namun kami tidak bisa memilih kelas walaupun sanggup bayar premi lebih. Hanya boleh kelas 2 dan kelas 3, dan yang ternyata kelas 2 dan 3 yg dimaksud itu adalah di ruang sal, terdapat puluhan orang, campur laki dan perempuan, dewasa dan anak anak, hanya dibatasi sehelai kain pembatas!

Bapak... kami kerja sungguh sungguh sampai berhasil supaya dapat hidup layak!... Hidup secara 'civilized'! Tapi pelayanan kesehatan BPJS yang diberikan negara tidak civilized...., namun kami dipaksa untuk ikut... !!!

Kami juga tidak bisa complain ke RS atau petugas, karena kami juga mendengar segudang permasalahan yang mereka hadapi.

Pak Presiden yang terhormat,

Belum selesai masalah BPJS Kesehatan, sekarang karyawan swasta dipersulit lagi dengan pencairan dana pensiun BPJS.

Bapak yang baik....,

Tidak taukah Bapak seberapa banyak karyawan swasta yang terbantu dengan mencairkan dana pensiun BPJS?? (dulu namanya Jamsostek)

Adakah Bapak punya data berapa jumlah karyawan swasta yang sekarang sudah menjadi pengusaha setelah mencairkan dana pensiun mereka untuk membangun usaha? Atau untuk menyekolahkan anak, atau untuk membeli rumah, atau membeli sesuatu yang mereka butuhkan sekarang...! Bukan nanti pada saat mereka berumur 56 tahun...!

Kami tau, namanya dana pensiun. Tapi itu hak kami, dan kami yang tau kapan membutuhkan dana tsb.

Percayalah bapak... karyawan swasta juga tidak bodoh menyia2kan hari tua mereka. Apa karena negara takut terbebani orang lanjut usia, takut mengurus orang cacat sehingga dana yang sebenarnya bisa diambil sewaktu mereka masih sehat dan produktif supaya bisa meningkatkan usaha.. harus ditahan negara sampai mereka tua atau cacat??

How poor we are!

Masih kurangkah uang negara pak? Kemana hasil kekayaan bumi Indonesia ini yang membuat negara lain iri namun ternyata rakyatnya tetap sengsara??

Belum lagi uang yg terkumpul dari pajak!

Taukah Bapak bahwa THR saya dipotong langsung 25% untuk membayar pajak???

Kami kerja mati2an namun 1/4nya harus diserahkan ke negara yang saya sendiri tidak yakin akan dimanfaatkan sebesar2nya untuk kepentingan rakyat... Hikssss!

Maaf pak Presiden... maafkan saya... karena saya akhirnya 'quit' mendukung kebijakan pemerintahan Bapak!

Wassalam.