Senin, 08 Juni 2015

Kasihan, Petani Rumput Laut Di Melahing Gagal Panen

Seluas 20 hektare tanaman rumput laut yang dikelola tiga kelompok tani di Perairan Melahing, Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kota Bontang, Kalimantan Timur, gagal dipanen karena diduga tercemar puluhan karung pupuk amoniak.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Sipatuo Melahing, Nasir Lakada ketika dihubungi di Bontang, Sabtu (9/5), mengungkapkan, matinya rumput laut itu membuat petani menderita kerugian cukup besar dan karung pupuk tersebut telah diangkat untuk dilaporkan ke kelurahan setempat serta instansi terkait.

"Awalnya warga beranggapan karung itu hanya berisi pasir biasa, tetapi setelah dua kali mengalami gagal panen, akhirnya warga memutuskan untuk mengangkat karung tersebut dan kemudian melaporkan ke kelurahan Tanjung Laut," kata Nasir.

Kelompok tani nelayan lain yang juga mengalami kerugian adalah Kelompok Nelayan Sipatuo II dan Kelompok Nelayan Alam Jaya.

Menurut Nasir, kasus ini baru pertama kali terjadi, karena biasanya tanaman rumput laut terserang hama "ice-ice" dan "lapa-lapa" dengan gejala bintik-bintik putih di sekitar daun. Jika dibiarkan, hama itu menyebar dan menyebabkan rumput laut mati.

"Kalau yang sekarang terbilang baru, karena tiba-tiba daun rumput laut itu menguning dan tanaman mati," ujarnya.

Sebelum menemukan puluhan karung berisi pupuk amoniak itu, Nasir dan anggota kelompoknya sempat melakukan dua kali pembibitan rumput laut, namun semuanya gagal dipanen.

"Dugaan sementara mungkin karena tercemar puluhan karung berisi pupuk amoniak itu," ujarnya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Bontang, Agus Amir saat dikonfirmasi terpisah mengatakan, pihaknya telah mendapatkan contoh karung dan rumput laut tercemar dari kelompok tani itu.

Hingga kini, BLH masih menunggu hasil penelitian laboratorium yang dilakukan Dinas Perikanan, Kelautan dan Perikanan setempat.

"Kasus ini masih dalam proses observasi guna memastikan penyebab rusaknya tanaman rumput laut milik warga. Kemungkinan pekan depan hasilnya bisa diketahui," katanya.

Agus Amir menambahkan, pihaknya sudah mengumpulkan sejumlah bukti dari lokasi kejadian, seperti karung berlogo Pupuk Kalimantan Timur (PKT) berikut nomor seri produksinya.