Selasa, 19 Mei 2015

Wow! 8 dari 10 Remaja Jakarta Tak Aktif Bergerak - Generasi Gadget

Di era modern, teknologi seakan sudah menjadi kebutuhan utama. Bahkan, anak dan remaja mulai meninggalkan permainan lapangan dan beralih ke games di gadget mutakhir.

Bahayanya, remaja dan anak lebih banyak menghabiskan waktu berkutat dengan teknologi ketimbang bermain dengan aktif menggerakkan badan sehingga tidak bugar. Menurut penelitian sebuah produk minuman berkarbonasi, delapan dari sepuluh anak di Jakarta masuk ke dalam kategori tersebut.

"Dari keseluruhan remaja SMP dan SMA di Jakarta, 74 persen di antaranya menghabiskan waktu lebih dari dua jam di depan layar televisi atau bermain games di gadget," ujar dokter ahli olah tubuh, Andi Kurniawan, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (19/5).


Kebugaran dan pola hidup menjadi sangat penting bagi anak usia remaja. Pasalnya, pola tersebut akan menjadi kebiasaan yang dibawa hingga dewasa.

Ade lantas menjabarkan bahwa merujuk pada data WHO, kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor penyebab kematian ke empat di dunia setelah hipertensi, diabetes, dan merokok.

"Hal ini harus dicegah sejak usia dini dan remaja. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan pentingnya bergerak di sekolah," kata Ade.

Menurut Ade, remaja harus melakukan aktivitas fisik paling tidak 60 menit dalam sehari. "Sayangnya, anak-anak sekarang hanya melakukan itu seminggu sekali, itupun dalam pelajaran Penjaskes,” tutur Ade.

Aktivitas tersebut, kata Ade, seharusnya dapat diintegrasikan dengan pelajaran lain. "Misalnya, dalam pelajaran biologi atau fisika dapat diselipkan aktivitas penelitian yang menggunakan semua gerakan tubuh," ucap Ade.

Selain itu, guru juga dapat mengupayakan pemenuhan kebutuhan gerak murid dengan sesekali mengadakan olahraga kecil di sela pelajaran. "Stretching sederhana seperti merentangkan tangan dan menyendengkan kepala bisa jadi aktivitas sederhana di dalam kelas," paparnya.

Salah satu keuntungan besar yang tak kalah penting dari aktivitas fisik bagi anak adalah daya kerja otak.

"Gerakan fisik merangsang peningkatan sel-sel saraf dan meningkatkan volume otak. Jadi, anak yang aktif cenderung memiliki prestasi akademis yang bagus juga," kata Ade.

Kendati demikian, Ade mengingatkan agar aktivitas fisik pada anak juga jangan terlalu berlebihan. "Over training juga tidak bagus karena dapat menyebabkan kelelahan dan kejenuhan. Segala sesuatu yang berlebihan pasti ada dampak negatif bagi kesehatan," ujar Ade. ( cnn Indonesia )